Rabu, 09 Mei 2012

MATERNITAS III FUNGSI HORMON SEBAGAI KONTRASEPSI



FUNGSI HORMON SEBAGAI KONTRASEPSI




 OLEH

NAMA   : ABDUL SALAM
NIM : P1106002
PRODI : ILMU KEPERAWATAN
e-mail : ns.zsalam@yahoo.co.id (facebook)
 e-mail : zsalam.s.kep.ns@gmail.com (google)






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa,karena atas berkat dan rahmat-Nya,  sehigga  kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan  perwujudan dari tugas  kelompok yang di berikan oleh dosen  mata  kuliah MATERNITAS III.
             Makalah ini berisikan tentang materi yang berhubungan dengan mata kuliah MATERNITAS III yaitu  FUNGSI HORMON SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI.
           Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah ini mohon  kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.


                                                                                                   Makassar, Mei 2012

                                                           
Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan………………………………………………….……..1
  1. Latar Belakang……………………………………………………...1
  2. Tujuan……………………………………………………………..…1
Bab II Tinjauan Pustaka………………………………………………..….2
  1. Definisi ………………………………………………………..….…2
  2. Teknik-teknik kontrasepsi…………………………………….....…3.
  3. Mekanisme kerja………………………………………………..…..7
  4. Macam-macam kontrasepsi hormonal………………………...…10
Bab III Penutup ……………………………………………………...…….26
A.   Kesimpulan ………………………………………………..…..26
B.Saran…………………………………………………….…..….26
Daftar  Pustaka…………………………………………………………...27


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan, upaya tersebut dpat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen.Yang bersifat permanen pada wanita dinamakan tubektomi dan pada pria vasektomi. Sedang yang bersifat sementara dapat menggunakan obat peroral, suntikan, intravaginal, atau dengan obat topikal intravaginal yang bersifat spermisid. Selanjutnya disini hanya akan dibahas mengenai kontrasepsi hormonal yang umumnya digunakan secara peroral, suntikan atau implantasi subkutan.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat sebagai berikut, dapat dipercaya, tidak menimbulkan ef­ek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, mudah pelaksanaan, murah harganya, dan dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.

B.Tujuan
  • Mahasiswa dapat mengenal berbagai macam alat kontrasepsi
  • Mahasiswa dapat menerapkan pelajaran ini pada pelayanan kesehatan terkususnya pada keluarga berencana(KB)
BAB II
TINJAU PUSTAKA

A.PENGERTIAN
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat). Perbedaan efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang lain. Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk meminum pilnya secara teratur. Sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna.

Kontrasepsi adalah berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria yang yaitu proses spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma. Sedang pengaruh kontrasepsi pada proses reproduksi wanita antara lain menghambat ovulasi, menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi, dan menghambat implantasi.
B.TEKNIK-TEKNIK KONTRASEPSI BEKERJA DENGAN MENGHAMBAT TRASPORTASI SPERMA, OVULASI, ATAU IMPLEMENTASI.
Pasangan suami istri yang ingion berhubungan kelamin tetapi menghindari kehamilan memiliki sejumlah pilihan metode kontrasepsi (melawan kontrasepsi). Metode-metode tersebut,yang evektivitas bervariasi dan mudah penggunaannya,bekerja dengan menghambat dari salah satu dari tiga langkah utama proses reprodusi, transportasi sperma ke ovum,ovulasi,atau implamentasi.

1.Penghambat Transportasi Sperma ke Ovum
§  Kontrol kehamilan dengan kontrasepsi alamiah atau metode iaram (rhythm method) mengandalkan abstinensia hubungan kelamin selama masa subur wanita. Wanita dapat memperkirakan kapan ovulasi tejadi berdasarkan catatan daur haidnya. Evektivitas teknik ini hanya sebagian karena daur haid bervariasi. Waktu ovulasi dapat ditentukan secara lebih pasti dengan mencacat suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur. Suhu tubuh sedikit meninggi sekitar satu hari setelah ovulasi berlangsung. Metode suhu irama tidak bemanfaat untuk menentukan kapan waktu yang aman untuk berhubungan kelamin sebelum ovulasi,tetapi dapat bermanfaat untuk menentukan kapan waktu yang aman untuk kembali berhubungan kelamin setelah ovulasi. Teknik ini juga diterapkan oleh pasangan sebagai metode fertilitas. Peningkatan suhu tubuh terjadi selama periode sewaktu ovum yang dilepaskan mungkin masihg hidup dan dapat dibuahi
§  Sekelompok ilmuwan sedang mengembangkan suatu uji yang peka,cepat, dan dapat dikerjakan di rumah dengan menggunakan beberapa tetes urin untuk mendeteksi:
1)    Peningkatan estrogen, suatu sinyal “lampu merah” bahwa ovulasi akan terjadi dalam empat hari dan hubungan kelamin harus dihindari (jika kontrasepsi adalah tujuannya)
2)    Peningkatan progesterone, suatu sinyal “lampu hijau” bahwa ovulasi sudah lewat dan aktivitas seksual dapat dimulai kembali.

§  Koitus interuptus adalah penarikan keluar penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Namun,evektivitas metode ini hanya moderat karena penentuan waktu sulit dilakukan dan sebagian sperma mungkin sudah keluar dari uretra sebelu ejakulasi.
§  Kontrasepsi kimiawi,misalnya gel, busa, krim, dan supositoria spermisida(“pembunuh sperma”), apabila dimasukan ke dalam vagina bersifat toksis bagi sperma selama sekitar satu jam setelah pemakaian.
§  Metode sawar secara mekanis mencegah pengangkutan sperma ke oviduktus. Bagi pria,kondom adalah selaput lateks atau karet yang tipis dan kuat , yang di bungkuskan ke penis yg sedang ereksi sebelum ejakulasi untuk mencegah sperma masuk ke vagina . bagi wanita diafragma adalah kubah karet lentur yang di masukan didalam vagina dan di tempatkan menutupi serviks untuk menghambat masuknya sperma ke dalam kanalis sevikalis .diafragma tetap berada di tempatnya karena menekan dinding vagina . Diafragma harus dicocokan oleh petugas terlati dan harus dibiarkan di tempat selama paling sedikit enam jam tetapi jangan lebih dari dua puluh empat jam setelah hubungan kelamin . metode sawar sering digunakan bersama dengan bahan spermisidauntuk meningkatkan efektifitas. Cervical cap , adalah alternative baru yang dikembangkan untuk diafragma. Cervical cap , yang berukuran lebih kecil dari pada diafragma, dilapisi oleh selapus tipis spermisida dan di pasang menjutupi serviks . alat ini berada di tempatnya karena adanya pengisapan .
Spons kontrasepsi , satu alat poliuretan yang dapat di beli tanpa resep
jika ditaruh di vagina dekat serviks , bekerja sebagai penghalang fisik transportasi sperma dan juga mengeluarkan bahan spermisidal sampai 24 jam .spons ini di duga dapat menimbulkan sindrom syokm septic pada sejumlah kecil pemakaian .
            yang paling terakir di kembangkan adalah suatu alat kontrasepsi mirip – kondom bagi wanita. Alat ini adalah kantong poliuretan (plastic jernih) silindris yang terbuka di salah satu ujungnya . dengan cincin lentur di kedua ujungnya . cincin di ujung tertutup di masukan ke dalam vagina dan menujtupi serviks , serupa dengan diafragma .cincin di ujung terbuka di taruh di luar vagina menutupi genitalia eksternal .
§  Sterilisasi , yaitu pemotongan secara bedah , duktus deferens (vasektomi ) pada pria atau oviduktus (ligasi )pada wanita ,di anggap sebagai metode permanen untuk mencegah penyetuan sperma dan ovum .

2.Pencegahan ovulasi
§  Kontrasepsi oral atau pil anti hamil mencegah ovulasi dengan menekan sekresi gonadotropin . pil- pil ini mengandung steroid sintetik mirip estrogen dan mirip progesterone ,  di minum selama tiga minggu , baik dalam kombinasi atau berurutan dan kemudian di hentikan selama satu minggu . steroid – steroid ini seperti steroid alamiah yang di hasilkan selama siklus ovarium, menghambat sekresi GnRHdan , dengan denikian , FSH dan LH . akibat pematangan fotikel dan ovulasi tidak terjadi sehingga tidak mungkin terjadi konsepsi . endrometrium berespon terhadap steroid oksigen tersebut dengan menebal dan mengembangkan kapasitas sekretoriknya , seperti responnya terhadap hormonnya lamiah . apabila steroid sintetik di hentikan setelah tiga minggu , lapisan endrometrium akan terlepas dan terjadi haid , seperti yang terjadi dalam keadaan normal saat korpus luteum mengalami degenerasi . selain menghambat ovulasi , kontrasepsi oral juga dapat mencegah kehamilan dengan meningkatkan kekentalan mucus serviks , sehingga penetrasi sperma menjadi lebih sulit , dan dengan menurunkan kontraksi otot-otot di saluran reproduksi wanita , sehingga transportasi sperma ke oviduktus berkurang .
§  Kontrasepsi oral hanya dapat di berikan dengan resep dokter. Obat – obat ini dapat di ketahui dapat meningkatkan risiko pembekuan intravaskuler , terutama pada wanita yang juga merokok .
§  Suatu pendekatan baru dalam bidang kontrasepsi adalah implamasi subkutis (di bawah kulit ) progesterone sintetik yang bekerja lama , yang berfungsi seperti kontrasepsi oral dengan menghambat ovulasi dan mengentalkan mucus serviks untuk mencegah lewatnya sperma. Namun tidak seperti kontrasepsi oral , yang harus di telan secara teratur , kontrasepsi baru ini , setelah di tanam (diimplamsikan )efektif selama lima tahun . enam kapsul berbentuk korak api dan mengandung steroid di masukan ke bawah kulit di lengan atas di bagian dalam di atas siku .kapsul – kapsul tersebut secara perlahan secara perlahan mengeluarkan progesterone sintetik dengan kecepatan yang hamper stabil selama lima tahun , sehingga efek kontrasepsi dapat bertahan cukup lama .
3.Penghambatan implantasi
§  Penghambatan implantasi umumnya dilakukan dengan memasukan suatu alat intauterus(intra-utrine device,IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim,AKDR) kecilke dalam uterus oleh seorang dokter.Mekanisme kerja IUD belum sepenuhnya dipahami,walaupun sebagian besar bukti menunjukan bahwa adnya benda asing di uterus memicu respon peradangan lokal yang memecah implantasi ovum yang dibuahi.walaupun merupakan suatu metode pengatur kehamilan yang mudah penggunaannya karena tidak memerlukan perhatian terus menerus dari pemakai,alat ini tidak lagi sepopuler dahulu karena adanya laporan penyulit yang dikaitkan dengan pemakainnya.komplikasi yang paling serius adalah penyakit radang panggul,infertilisasi permanen,dan perforsi uterus.
§  Implantasi juga dapat dihambat oleh apa yang disebut sebagai morning-aftertpill yaitu:jenis kontrasepsi oral yang berbeda dari pil anti-hamil biasa. Morning-aftertpill dengan kandungan estrogen yang tinggi diminum selama fase luteal dini dalam beberapa hari setelah kemungkinan terjadinya konsepsi.obat ini memecah implementasi denagn menimbulkan degenerasi prematur korpus leteum,sehingga hormon yang menunjang pertumbuhan endometrium menghilang.karena efek sampingnya,misalnya mual dan muntah,dan karena peningkatan risiko penyakit kardivaskuler  yang berkaitan dengan estrogen dosis tinggi ,metode kontrasepsi ini tidak digunakan secara rutin.namun,pil ini dapat digunakan pada keadaan tertentu(darurat),misalnya untuk korban perkosaan yang mungkin mengalami pembuahan.

Kemungkinan di masa mendatang
§  Suatu teknik pengatuaran kehamilan yang sedang diteliti adalah pembentukan vaksin yang memicu pembentukan antibodi terhadap human chorionic gonadotropin,sehingga hormon penunjang korpus leteum ini tidak efektif seandainya terjadi kehamilan.
§  Peneliti-peneliti lain sedang mengkaji suatu vaksin terhadap ptotein di kepala sperma yang dalam keadaan normal berkaitan denagn reseptor di  zona pelusida yang mengelilingi telur.
§  Kemungkinan lain yang sedang diselidiki adalah manipulasi sekresi FSH dan LH dari hipofisis anterior oleh obat yang mitip-GnRH.
Apabilah metode-metode kontrasepsi gagal atau tidak digunakan ,wanita kadang-kadang memilih aborsi untuk menghentikan kehamilan.walaupun pengeluaran  mudigah/janin dipenuhi  oleh kontraversi emosional,etis,dan politis.yang menambah keruwetan hal tersebut adalah penemuaan oleh sebuah perusahan obat perancis pada tahun 1980,suatu”pil aborsi”,RU 486,yang mengakhiri hehamilan dini melalui interfensi kimiawi tanpa melalui tindakan bedah.RU 486 (diberi nama berdasarkan Roussel-Uclaf,perusahan yang menciptakan obat tersebut)adalah suatu antagonis progesteron di sel sasaran tetapi tidak menimbulkan efek progesteron yang bisa dan  mencegah pregosteron melekat dan  enimblkan efeknya.karena tidak  mendapatkan  rangsangan progesteron,jaringan endometrium terlepas disertai oleh mudigah yang tertanam di dalamnya.RU 486 biasanya diberikan bersama dengan prostaglandin yang memicu kontraksi uterus untuk membantu mengeluarkan endometrium dan mudigahnya.sampai saat ini,pembuat RU 486 enggan memasarkan obat ini di Amerika Serikant,terutama karena  kontraversi seputar isu aborsi.



C.MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja kontrasepsi hormon steroid antara lain akan mempengaruhi:
1. Ovulasi dan Implantasi
2. Transpor gamet
3. Fungsi corpus luteum
4. Lendir serviks

a.Mekanisme kerja Estrogen :
Estrogen disintesa dari kolesterol terutama di ovarium, dan kelenjar lain misalnya kortek adrenal, testis dan plasenta. Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estriol, estradiol, dan estron.


Mekanisme kerja estrogen dalam kontrasepsi adalah sebagai berikut :
1. Ovulasi
a. Estrogen menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, yang kemudian mengakibatkan supresi pada FSH dan LH kelenjar hipofise/
b. Penghambatan tersebut tampak dari tidak adanya estrogen pada pertengahan siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus dan supresi post-ovulasi peninggian progesteron dalam serum dan pregnandiol dalam urine yang terjadi dalam keadaan normal.
c. Ovulasi pun tidak selalu dihambat oleh estrogen dalam pil oral kombinasi (yang berisi estrogen 50 mcg atau kurang), karena estrogen mungkin hanya efektif 95-98% dalam menghambat ovulasi. Ovulasi juga bisa terhambat karena efek progesteron pada lendir cervix dan lingkungan endometrium serta tuba.
d. Produksi hormon-endogenous memang dihambat, tetapi tidak seluruhnya. Masih ada sedikit estrogen yang dihasilkan ovarium seperti pada fase folikuler dini siklus haid.
2. Implantasi
a. Implantasi dari blastocyst yang sedang berkembang terjadi 6 hari setelah fertilisasi, dan ini dapat dihambat bila lingkungan endometrium tidak berada dalam keadaan optimal. Kadar estrogen atau progesteron yang berlebihan atau kurang/ inadekuat atau keseimbangan estrogen-progesteron yang tidak tepat, menyebabkan pola endometrium yang abnormal sehingga tidak baik untuk implantasi.
b. Implantasi dari ovum yang telah dibuahi juga dapat dihambat dengan estrogen dosis tinggi (diethylstilbestrol, ethinylestradiol) yang diberikan sekitar pertengahan siklus pada sanggama yang tidak dilindungi, dan ini disebabkan karena terganggunya perkembangan endometrium yang normal. Efek inilah rupanya yang menjadi dasar bagi metode kontrasepsi pasca sanggama atau post-coital.
3. Transpor gamet/ovum
Pada percobaan binatang, transpor gamet/ovum dipercepat oleh estrogen dan ini disebabkan karena efek hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus.

4. Luteolisis
a. Yaitu degenerasi dari corpus luteum, yang menyebabkan penurunan yang cepat dari produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium, yang selanjutnya menyebabkan dibuangnya jaringan endometrium. Untuk kelangsungan kehamilan yang baik diperlukan fungsi corpus luteum yang baik.
b. Degenerasi dari corpus luteum menyebabkan penurunan kadar progesteron serum dan selanjutnya mencegah implantasi yang normal, merupakan efek yang mungkin disebabkan oleh pemberian estrogen dosis tinggi pasca sanggama.

b.Mekanisme Kerja Progesterone :
Gestagen atau progesteron adalah hormone steroid yang meny
ebabkan terjadinya transformasi sekretorik pada endometrium dan yang juga sekaligus dapat mempertahankan kehamilan. Mekanisme kerja progesterone dalam kontrasepsi adalah sebagai berikut :
1. Ovulasi
Ovulasi sendiri mungkin dapat dihambat karena terganggunya fungsi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron.
2. Implantasi
a. Implantasi mungkin dapat dicegah bila diberikan progesteron pra-ovulasi. Ini yang menjadi dasar untuk membuat IUD yang mengandung progesteron.
b. Pemberian progesteron-eksogenous dapat mengganggu kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi produksi progesterone yang berkurang dari corpus luteum menyebabkan penghambatan dari implantasi.
c. Pemberian progesterone secara sistemik dan untuk jangka waktu yang lama menyebabkan endometrium mengalami keadaan “istirahat” dan atropi.
3. Transpor Gamet atau Ovum
Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan progesterone sebelum terjadi fertilisasi.
4. Luteolisis
Pemberian jangka lama progesteron saja mungkin menyebabkan fungsi corpus luteum yang tidak adekuat pada siklus haid sehingga menghambat folikulogenesis.
5. Lendir serviks yang kental
a. Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron, sudah tampak lendir serviks yang kental, sehingga motilitas dan daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat.
b. Lendir serviks yang tidak cocok dengan sperma adalah lendir yang jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukkan ferning dan spinnbarkeit.

D. MACAM-MACAM KONTRASEPSI HORMONAL
1. Pil / Tablet
a. Pil Oral Kombinasi (POK)
Adalah pil kontrasepsi berisi estrogen maupun progesterone (progestagen, gestagen). Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08; dan 0,1 mg pertablet. Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-masing pabrik pembuatnya.
Pil Oral Kombinasi (POK):
a. Mengandung estrogen dan progesterone
b. Terdapat beberapa macam POK :
-Monophasic:
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
-Multiphasic:
Contoh : Pil Biphasic : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil Triphasic : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
  • Cara kerja:
Pil kombinasi akan
(a) Menghalangi produksi gonadotropin dan hipofise secara terus-menerus, sehingga tidak terjadi ovulasi;
(b) Merubah konsistensi lendir serviks menjadi tebal dan kental, sehingga penetrasi dan transportasi sperma akan terhalang, sulit, atau tidak mungkin sama sekali;
(c) Merubah peristaltic tuba dan rahim, sehingga mengganggu transportasi sperma maupun sel telur;
(d) Menimbulkan perubahan pada endometrium, sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi;
(e) Merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan-rangsangan gonadotropin.
  • Efektivitas:
Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1-0,7.
  • Kelebihan:
1. Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakainya.
2. Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan dapat kembali dengan cepat.
3. Tidak mengganggu kegiatan seksual suami istri
4. Siklus haid menjadi teratur
5. Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea).
6. Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk memancing kesuburan
7. Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda (Juvenile bleeding)
8. Dapat memperbaiki perdarahan tidak teratur yang disebabkan pemberian kontrasepsi hormonal lainnya.
9. Dikatakan dapat mengurangi kejadian kanker ovarium.
10. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
11. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakan untuk mencegah kehamilan.
12. Dapat dihentikan setiap saat.
  • Kekurangan:
1. Pil harus dimakan setiap hari, kurang cocok bagi wanita yang pelupa.
2. Motivasi harus diberikan secara lebih intensif
  • Efek samping :
-Ringan:
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak teratur, meningkatkan tekanan darah, retensi cairan, edema, sakit kepala, timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
- Berat:
Dapat terjadi trombo-embolisme, mungkin karena terjadi peningkatan aktivitas karena factor-faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung. Angka kejadian trombo-embolisme ini dilaporkan 4-9 kali lebih tinggi dari wanita bukan pemakai pil dari golongan umur yang sama. Namun angka kematian yang terjadi amat rendah, yaitu 3 per 100.000 wanita pemakai pil, hal ini diamati pada wanita-wanita di negara barat.4
Mengenai kemungkinan timbulnya karsinoma serviks uteri, menurut penelitian-penelitian yang dipercaya diluar negeri, dikatakan bahwa tidak diperoleh hubungan yang bermakna antara pemakai pil dengan kanker serviks maupun dengan displasia serviks.
  • Kontra indikasi absolute:
· Adanya gangguan fungsi hati,
· tromboflebitis atau riwayat tromboflebitis,
· kelainan serebro-vaskuler,
· keganasan pada kelenjar mamma dan alat reproduksi,
· adanya varises yang berat.
  • Kontra indikasi Relatif:
-Hipertensi
-Diabetes mellitus
-Penyakit tiroid
-Perdarahan abnormal pervaginam yang tidak jelas penyebabnya
-Penyakit jantung dan penyakit ginjal
-Serangan asma bronchial
-Eksema luas
-Migraine yang hebat
-Sering dapat serangan epilepsy
- Mioma uteri.



  • Waktu mulai menggunakan pil kombinasi
-Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil,
-Hari pertama sampai hari ke- 7 siklus haid,
-Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
- Setelah melahirkan :
o Setelah 6 bulan pemberian asi eksklusif
o Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
o Pasca keguguran ( segera dalam waktu 7 hari).
-Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

b. Pil sequential
Cara ini banyak dipakai pada tahun enam puluhan, sedangkan dewasa ini nampaknya kurang populer.
Pil sequensial :
a. Terdiri dari estrogen saja untuk 14-15 hari.
b. Disusul tablet kombinasi untuk 5-7 hari.
  • Cara pemakaian
Mula-mula makanlah pil yang berisi estrogen selama 2 minggu, diteruskan dengan memakai pil kombinasi selama 1 minggu, lalu selama 1 minggu tidak makan pil apapun. Pada akhir minggu keempat akan terjadi perdarahan haid (withdrawal bleed
ing).

  • Cara kerja
Khasiat utama pil sekuensial adalah menghambat ovulasi. Dosis estrogen yang ada lebih tinggi daripada dosis estrogen dalam pil kombinasi. Berhubung tidak adanya progesterone pada 2 minggu pertama, maka kelupaan makan pil hanya 1 hari saja akan menyebabkan terjadinya ovulasi, sehingga masih mungkin terjadi kehamilan.
  • Indikasi
Pada wanita hipoestrogenik, haid tidak teratur, hipofertil, haid yang sering terlambat, dan wanita dengan jerawat.
  • Efek samping
Sama dengan pil kombinasi.
  • Efektivitas
Pil sekuensial sekarang ini kurang populer dibandingkan pil kombinasi. Angka kegagalan lebih tinggi dibandingkan pil kombinasi, yaitu 0,5-1,4. Ini disebabkan karena bila makan pil sekuensial ini tidak boleh lupa, dapat terjadi kehamilan.

c. Mini pill
Dewasa ini mini pill mengandung gestagen turunan nortestosteron. Meskipun efek sampingnya rendah, penggunaan mini pill sebagai kontrasepsi sangat rendah. Rendahnya penggunaan mini pill karena mini pill tidak dapat menjamin berlangsungnya suatu siklus haid yang normal.
Jenis Minipil
· Kemasan dengan isi 35 pil : 300 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron.
· Kemasan dengan isi 28 pil : 75 μg norgestrel.
  • Cara Kerja
Cara kerja mini pill sangat kompleks dan hingga kini belum diketahui secara pasti. Beberapa cara kerja yang telah diketahui diantaranya adalah :
· menekan sekresi gonadotropin dan produksi steroid di ovarium.
· Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.
· Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
· Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
  • Efektivitas:
Keefektifan mini pill sangat bergantung pada jenis gestagen yang terkandung dalam mini pill tesebut. Pada penggunaan mini pill jangan sampai kelupaan satu-dua tablet, atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibatnya kemungkinan kehamilan sangat besar. Penggunaan obat mukolitik asetil sistein dapat meningkatkan permeabilitas sperma, sehingga kemampuan kontraseptif mini pill dapat terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang cukup tinggi, maka jangan sampai ada tablet yang terlupa, tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari), dan senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan mini pill. Perlu hati-hati pemberian mini pill pada wanita gemuk karena kegagalannya akan lebih tinggi. Estrogen dalam lemak wanita gemuk sangat tinggi. Estrogen tersebut memiliki efek positif terhadap lendir serviks.5
  • Cara Pemakaian
Mini pill digunakan setiap hari dan apabila lupa tidak usah dirangkap.
  • Kelebihan
Kelebihan kontrasepsi :
-Sangat efektif bila digunakan secara benar.
- Tidak mengganggu hubungan seksual.
-Tidak mempengaruhi asi.
-Kesuburan cepat kembali.
-Nyaman dan mudah digunakan.
-Dapat dihentikan setiap saat.
  • Kelebihan nonkontrasepsi :
-Mengurangi nyeri haid
-Mengurangi jumlah darah haid
-Menurunkan tingkat anemia
-Mencegah kanker endometrium
-Melindungi dari penyakit radang panggul
-Tidak meningkatkan pembekuan darah
-Dapat diberikan pada penderita endometriosis
-Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi
-Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom ( sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara, lekas marah)
-Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada perempuan pengidap kencing manis yang belum mengalami komplikasi.
  • Kekurangan:
-Hampir 30 – 60 % mengalami gangguan haid ( perdarahan sela, spotting, amenorhea)
-Peningkatan/penurunan berat badan.
-Harus digunakan setiap hari dan waktu yang sama.
-Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
-Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat.
-Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi ( 4 dari 100 kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil.
-Efektifitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi.
 -Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual.
-Hirsutisme ( tumbuh rambut/bulu berlebihan didaerah muka), tetapi sangat jarang terjadi.
  • Efek samping
Gangguan metabolisme lemak maupun gangguan faktor pembekuan darah dijumpai jauh lebih sedikit pada penggunaan mini pill, dibandingkan bila menggunakan pil kombinasi. Kejadian kanker payudara juga jauh lebih rendah pada pemakai mini pill, sedangkan penggunaan pil kombinasi jangka panjang dijumpai angka kejadian kanker payudara yang sedikit meningkat. Karena mini pill mengandung gestagen saja, kemungkinan terjadi kanker endometrium jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pil yang mengandung estrogen. Terjadi sedikit peningkatan gula darah pada penggunaan mini pill. Namun, pada uji oral glukosa dijumpai kadar yang normal sehingga mini pill bukan merupakan kontraindikasi absolut bagi penderita kencing manis yang ringan maupun kencing manis yang laten.
  • Waktu mulai menggunakan minipil
-Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain.
-Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
-Bila pasien tidak haid, minipil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
-Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
-Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan pasien telah mendapat haid, minipil dapat dimulai pada hari ke 1-5 siklus haid.


d. Morning after pill
Banyak istilah yang dipakai untuk menamakan kontrasepsi ini. Morning after pill menerangkan bahwa pil atau obat tersebut harus dimulai dalam waktu beberapa jam atau diberikan esok paginya. Karena Morning after pill ini digunakan setelah senggama, kontrasepsi ini bertujuan bukan mencegah konsepsi, melainkan untuk mencegah nidasi. Morning after pill ini berisi kombinasi estrogen dan progesteron.
  • Cara Pemakaian
Pil atau obat ini diminum setelah senggama pada keesokan harinya paling lambat 48 jam pascasenggama. Misalnya dengan pemberian 2 tablet pil kombinasi, 2 kali/hari, dalam waktu 12 jam pascasenggama.
  • Cara Kerja
Pemberian pil ini dapat mencegah terjadinya nidasi dan meningkatkan motilitas tuba sehingga transfor ovum tidak berjalan secara fisiologis. Untuk nidasi endometrium memproduksi enzim karbonhidrase. Pemberian estrogen dan progesteron dosis tinggi akan mengurangi pembentukan enzim tersebut, sehingga endometrium tidak fisiologis lagi.
  • Indikasi
Hanya diindikasikan bagi wanita yang tidak menggunakan jenis kontrasepsi apapun, dan yang melakukan senggama pada pertengahan siklus. Kontrasepsi pascasenggama ini bukan merupakan suatu alternatif untuk kontrasepsi, melainkan pencegahan kehamilan secara darurat saja.
  • Efek samping
Kemungkinan terjadinya kelainan bawaan major sangat kecil, seperti kanker genita
lia. Perlu hati-hati dalam menggunakan dietilstilbestrol (DES) kerena pernah dilaporkan menimbulkan kanker vulva. Obat kontrasepsi pascasenggama dapat menimbulkan sakit kepala, mual, daan muntah, sehingga perlu kadang-kadang diberikan tambahan obat antimuntah.



2. Kontrasepsi suntikan
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan (1983). Penelitian lapangan kontrasepsi suntikan dimulai tahun 1965, dan sekarang di seluruh dunia diperkirakan berjuta-juta wanita memakai cara ini untuk tujuan kontrasepsi. Progestin atau medroxyprogesterone diinjeksikan oleh tenaga kesehatan setiap tiga bulan sekali. Tersedia 2 tipe injeksi. Tipe yang pertama adalah yang disuntikkan ke jaringan otot di lengan maupun bokong, dan tipe kedua yaitu disuntikkan di bawah kulit. Masing-masing tipe sangat efektif.
Macam kontrasepsi suntikan antara lain Depo-Provera dan Noristrat (Norigest).
Depo-Provera
Adalah Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang diproduksi oleh Upjohn, Amerika Serikat. Kemasan satu botol berisi 3 ml @ 50 mg/ml.
  • Cara kerja:
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan Releasing factor dari hipotalamus.
2. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri.
3. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi
4. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.
  • Keuntungan:
Keuntungannya adalah efektivitas tinggi, sederhana pemakaiannya, cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun), reversible, cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
  • Waktu pemberian dan dosis:
Depo Provera sangat cocok untuk program post partum karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan-suntikan Depo Provera tidak akan mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa postpartum, karena masa ini terjadi amenorea laktasi. Untuk program postpartum, Depo Provera disuntikkan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit; sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke 3 sampai ke 5. Depo Provera disuntikkan dalam dosis 150 mcg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus intramuskulus dalam.
  • Efek samping:
Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting, breakthrough bleeding) amenorea, menoragia, metrorrhagia. Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya, maka dijumpai pula keluhan mual, pusing, menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah.

3.IMPLANT/ NORPLANT
Sinonim : Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), implant, KB susuk. Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan di bawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel.
Kerepotan untuk datang ke klinik dan ketergantungan pada suntikan dapat diatasi dengan inplant subdermal long acting (3-5 tahun). Sistem Norplant, yang memberikan progestin levonorgestrel dalam sebuah wadah silastik yang ditanamkan intradermal.
Implant
Norplant I berisi 6 kapsul silastik (polydimethyl silaxone) masing-masing berisi 36 mg. Levonorgestrol suatu sintetik progestin dalam bentuk kristal kering dimana ujung-ujungnya ditutup dengan silastic medical grade adhesive dengan diameter 2,4 mm dan panjang 3,4 cm. Melepaskan 85 µg per hari selama 3 bulan, 50 µg tiap hari sampai 18 bulan dan setelah itu sampai tingkat akhir 30 µg. Implant ini efektif untuk 5 tahun.
Norplant II memiliki 2 tangkai mengandung masing-masing 70 mg levonorgestrel. Tiap tangkai melepaskan 50 µg hormon tiap hari dan memberikan proteksi untuk 3 sampai 5 tahun.


  • Mekanisme kerja
1. Menghentikan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
  • Kelebihan Norplant:
Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah, risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat reversible.

  • Efek samping Norplant:
Gangguan pola haid seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah (metrorrhagia), amenorea, mual-mual, anoreksi, pening, sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan, timbul akne. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB.
  • Indikasi:
Wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontrasepsi mantap atau menggunakan AKDR. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.
  • Kontraindikasi:
1. Kehamilan atau disangka hamil.
2. Penderita penyakit hati.
3. Kanker payudara.
4. Kelainan jiwa
5. Varikosis.
6. Riwayat kehamilan ektopik.
7. Diabetes mellitus.
8. Kelainan kardiovaskular.
  • Waktu Pemasangan:
Waktu yang paling baik untuk pemasangan norplant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih kurang 6-10 cm dari lipatan siku.

  • Pengangkatan atau Ekstraksi
Pengangkatan norplant dilakukan atas indikasi :
1. Atas permintaan akseptor.
2. Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa.
3. Sudah habis masa pakainya.
4. Terjadi kehamilan.
4. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM ( AKDR / IUD )
AKDR adalah alat yang terbuat dari polietilen dengan atau tanpa metal / steroid dan ditempatkan dalam rongga rahim.
Dimasa lampau AKDR dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan berbeda-beda, saat ini AKDR yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe saja :
  1. Inert, dibuat dari plastik (Lipppes Loop) atau baja anti karat (The Chinese Ring)
  2. Mengandung tembaga, CuT 380 A, CuT 200 C, Multiload ( ML Cu 250 dan 375 ) dan Nova T
  3. Mengandung hormon steroid : seperti progesteron dan levonorgetrel.
Salah satu AKDR yang saat ini beredar adalah yang berbentuk T, yang mengandung  progesteron atau levanorgestrel, AKDR yang mengandung 38 mg progesteron akan melepaskan ± 65 mg prgesteron dan disimpan dalam endometrium. Kadar yang dikeluarkan tersebut terlalu rendah sehingga tidak memiliki efek sistemik, dan fungsi ovarium pun tidak terpengaruh sama sekali.
  • Mekanisme kerja untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron :
  1. Gangguan proses pematangan proliferasi-sekretoris sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi              ( endometrium tetap dalam fase proliferasi )
  2. Lendir serviks lebih kental / tebal karena pengaruh progestin.
  3. Menekan ovulasi
Preparat levonogestrel (Mirena®). Preparat ini melepaskan levonogestrel ke dalam uterus secara relatif 20 µg per hari, dimana menurunkan efek sistemik dari progestin. Terbuat dari T-shaped struktur polyethylene memiliki batang yang dibungkus dengan silinder polydimetilsiloxane / levonogestrel campuran untuk mengatur kecepatan pelepasan hormon. Dan dimasukkan seperti AKDR normal.
  • Indikasi
  • Menyukai metode kontrasepsi yang efektif, berjangka panjang, tetapi belum menerima metode permanen saat ini.
  • Menyukai metode praktis (tidak perlu metode barrier atau menelan pil setiap hari).
  • Punya anak satu atau lebih
  • Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
  • Wanita perokok berat (? 15 batang rokok sehari), umur 35 tahun
  • Berisiko rendah mendapat PMS

  • Kontra Indikasi:
  • Dugaan hamil
  • Sedang atau sering terkena infeksi panggul (gonorea, chlamidia) atau servisitis  dengan cairan mukopurulen
  • Menderita keputihan berbau dari saluran serviks/gonorea atau servitis chlamedia.
  • Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
Kembalinya kesuburan dengan cepat setelah pencabutan AKDR adalah keuntungan dari AKDR, selain itu AKDR efektif sampai 3 tahun. Angka kegagalan pengguan Mirena® 0,1 % dmana lebih rendah dibandingkan CuT 380 A.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kontrasepsi adalah berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria yang yaitu proses spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma. Sedang pengaruh kontrasepsi pada proses reproduksi wanita antara lain menghambat ovulasi, menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi, dan menghambat implantasi.
Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk meminum pilnya secara teratur. Sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna.


B.Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama mahasiswa di bidang kesehatan, agar dapat memahami materi ini dan dapat menerapkannya untuk pelayanan di lapangan nantinya.
Sebagai pedoman calon ibu dan bapak maupun yang suda berkeluarga agar dapat memahami materi ini, dan dapat menerapkan dalam kehidupan berkeluarga.






DAFTAR PUSTAKA
  • Affandi B, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2003
  • Albar E, Kontrasepsi, dalam Saifudin AS, Rachimhadi T (ed), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal. 535 – 572.
  •  Baziad A, Kontrasepsi Hormonal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
  • Hartanto H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003, hal 46 – 50.
  • Hormon Implants. (cited 2008 Feb 28);2 screens. Available in http://www.wramc.army.mil/Patients/diseases/wh/c6/Pages/s6.aspx
  • Mochtar M, Keluarga Berencana, dalam Lutan D (ed), Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif-Obstetri Sosial, EGC, Jakarta, 1998, hal.249 – 254.
  • Perancangan Keluarga. (cited 2008 Mar 2008); 8 screens. Available in http://www.metromaternity.com/contraceptive-m.html
  • Saifudin AS, Rachimhadi T, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal. 905 – 910.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar