Rabu, 09 Mei 2012

ASKEP GERONTIK "RHEUMATOID ATRITIS"



ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL "RHEUMATOID ATRITIS"







 OLEH
NAMA  : ABDUL SALAM
NIM : P1106002
PRODI : ILMU KEPERAWATAN
e-mail : ns.zsalam@yahoo.co.id


  

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2012



Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa,karena atas berkat dan rahmatnya sehigga penulis boleh menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini merupakan perwujudan dari tugas kelompok yang diberikan oleh dosen mata kuliah KEPERAWATAN GERONTIK.
             Makalah ini berisikan tentang materi yang berhubungan dengan mata kuliah KEPERAWATAN GERONTIK  yaitu ASKEP GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA LANSIA “ RHEUMATOID ARTRITIS “.
Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah ini mohon  kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

              
                                                                                            Penulis      












DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................ii
Bab I  Pendahuluan :
A.   Latar belakang...................................................................................................1
B.   Tujuan penulisan................................................................................................3
Bab II Tinjauan pustaka :
A.   Definisi................................................................................................................4
B.   Anatomi fisiologi.................................................................................................4
C.   Etiologi................................................................................................................7
D.   Patofisiologi........................................................................................................8
E.   Penyimpangan KDM.........................................................................................-
F.    Tanda dan gejala................................................................................................9
G.   Pemeriksaan dignostik....................................................................................10
H.   Penatalaksanaan umum...................................................................................12
I.      Penatalaksanaan medik....................................................................................13
J.    Komplikasi..........................................................................................................14
Bab III Asuhan Keperawatan :
A.   Kasus..................................................................................................................15
B.   Analisa Data.......................................................................................................16
C.   Diagnosa,Intervensi dan rasional.....................................................................19
D.   Evaluasi...............................................................................................................32
Bab IV  Penutup :
A.   Kesimpulan.........................................................................................................33
B.   Saran...................................................................................................................33
Daftar pustaka………………………………………………………………...34

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. 

Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. 

Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
 Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994).

Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).

Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.




B. Tujuan penulisan
1.    Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.

2.    Tujuan khusus

Makasiswa dapat menjelaskan :
1.    definisi penyakit Rheumatoid Artritis.
2.    etiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
3.    manifestasi klinik Rheumatoid Artritis.
4.    patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
5.    komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis.
6.    pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis.
7.    penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis.
8.    asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Rheumatoid Artritis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi
Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,2006).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya sendi tangan dan kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi pembengkakan ,nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. (www.medicastore.com).

B.Anatomi dan fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang,otot,kartilago,ligament,tendon,fasia,bursae dan persendian.
a.Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “ osteogenesis “ menjadi tulang.proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
·         Mendukung jaringan dan bentuk tubuh.
·         Melindungi organ tubuh (jantung,otak,paru-paru) dan jaringan lunak
·         Memberi pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )
·         Membuat sel-sel darah merah didalam sumsum tulang (hema topoiesis)
·         Menyimpan garam-garam mineral.misalnya kalsium ,fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :
·         Tulang panjang (femur,humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongibone ( cacellous atau trabecular)
·         Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
·         Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
·         Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
·         Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial misalnya patella ( kap lutut )
b.Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :
·         Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi untuk memberikan  pengontrolan pergerakan ,mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.
·         Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak di bawah control keinginan.
·         Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
c.kartilago
kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke sel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapat pada kartilago.
d. Ligament
ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu,khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
f.Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot,saraf dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.
g.Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat dimana digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada kulit,tulang antara tendon dan tulang antara otot. Bursae sebagai penampang antara bagian yang bergerak seperti pada olecranon bursae,terletak antara presesus dan kulit.
h.Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana tulang berada bersama-sama.Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu :
·         Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )
·         Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )
·         Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )
Perubahan fisiologi pada proses menjadi tua
Ada jangka periode waktu tertentu dimana induvidu paling mudah mengalami perubahan muskuloskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa anak-anak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur sistem muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi antara induvidu selama prosesmenjadi tua.
Perubahan  yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan kelanjutan dari kemunduran yang mulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan janringan penyambung ,penurunan pada jumlah dan elastisitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah :
·         Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. Pada maturasi usia tua.
·         Lebar bahu menurun.
·         Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha.

C.Etiologi
Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a.    mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rematoid
b.    gangguan metabolisme
c.    genetik
d.    faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).




D. Patofisiologi
Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskuler.seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.
Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a.stadium sinovisis
pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,bengkak dan kekakuan.
b.stadium destruksi
pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c.stadium deformitas
pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali ,deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.








F.Tanda dan gejala
a.    Pasien-pasien dengan RA akan menunjukkan tanda dan gejala seperti:
nyeri persendian.
b.    bengkak ( rheumatoid nodule).
c.    kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.
d.    terbatasnya pergerakan.
e.    sendi-sendi terasa panas.
f.     demam ( pireksia).
g.    Anemia.
h.    berat badan menurun.
i.      kekuatan berkurang.
j.      tampak warna kemerahan disekitar sendi.
k.    perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
l.      pasien tampak anemik.

Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :
a)    pergerakan menjadi terbatas.
b)    adanya nyeri tekan.
c)    deformitas bertamabah pembeengkakan.
d)    Kelemahan.
e)    depresi


Gejala Extraartikular :
a.pada jantung :
·         Rheumatoid heard diseasure
·         Valvula lesion (gangguan katub)
·         Pericarditis
·         Myocarditis
b.pada mata :
·         Keratokonjungtivitas
·         Scleritis
c.pada limpa : lhymphadenopathy
d.pada thyroid : lyphocytic thyroiditis
e.pada otot : mycsitis

G. pemeriksaan diagnostik
·         Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.
·         Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus –kasus khas.
·         Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.
·         LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala meningkat.
·         Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
·         SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
·         JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.
·         Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun sebagai penyebar AR.
·         Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak ,erosi sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang ,memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
·         Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
·         Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi.
·         Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari normal :buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-produk pembuangan degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
·         Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli-artritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikular pada foto rontgen.

Kriteria artritis reumatoid menurut American Resume Association (ARA ) adalah :
1.    Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari.
2.    Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3.    Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi caiaran) pada salah satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4.    Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5.    Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6.    Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang daerah ekstensor.
7.    Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid.
8.    Uji aglutinasi faktor rheumatoid.
9.    Pengendapan cairan musin yang jelek.
10. Perubahan karakter histologik lapisan sinovia.
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka  disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
kemungkinan rhematoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.
H.Penatalaksanaan umum

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
 
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.


4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

I.penatalaksanaan medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a)    Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan prognosis penyakit ini.
b)    Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
c)    Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini bertujuan untuk mempertahankan funsi sendi pasien.
d)    Termoterapi.
e)    Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
f)     Pemberian obat-obatan :
·         Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
·         Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :
-       acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti inflamasi).
-       Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).
-       Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).
-       Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).
-       Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).
-       Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).
-       Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).

J.Komplikasi
a.    Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi dibawah kulit yang disebut subkutan nodule.
b.    Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.
c.    Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d.    Terjadi splenomegali.

 BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Kasus
Ny.mei berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan kiri,Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk,Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat bangun tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,Klien mengatakan nyeri hilang timbul,Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan dan kiri terasa kaku,Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya bengkak,Klien tampak berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz indeks AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri,Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau sedang,Kaki klien gemetar saat berdiri, Klien mengatakan selama sakit dan di wisma tidak pernah bekerja/berkebun lagi,Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi sumber pendapatan,Klien mengatakan pagi ini belum mandi,Klien mengatakan kesulitan saat mandi,klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita,klien juga bertanya tentang penyebab dari penyakitnya.
Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah meringis,Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum pedis dextra,Nyeri tekan pada area dorsum pedis,Klien mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan tongkat,Klien mengatakan bila bergerak kakinya bertambah nyeri, Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang lain,Klien tidak memiliki sumber pendapatan,Rambut tampak acak-acakan,Penampilan tidak rapi,Tercium bau badan klien,Kuku panjang dan kotor,Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang bersih.pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat celcius,pernapasan :28 X/mnit,nadi :84X/menit.




B.Analisa Data
NO
Data Fokus
Masalah
1






























2.




















3.











4.












5.










6.
DS:
-        Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan kiri.
-        Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
-        Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat bangun tidur.
-        Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak.
-        Klien mengatakan nyeri hilang timbul
-        Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan dan kiri terasa kaku.
-        Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya bengkak.
DO:
-        Ekspresi wajah meringis.
-        Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
-        Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum pedis dextra.
-        Ada nodul berisi pus pada pergelangan kaki kanan dan lutut kiri. Nyeri tekan pada area dorsum pedis.







DS:
-        Klien mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri.
-        Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan tongkat.
-        Klien mengatakan bila bergerak kakinya bertambah nyeri
DO:
-        Klien tampak berhati-hati bergerak.
-        Status fungsional (katz indeks AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi.
-        ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri.
-        Klien menggunakan tongkat (kruk) saat berdiri dan berjalan.
-        Skala kekuatan otot
-        Kaki klien gemetar saat berdiri.



DS
-        Klien mengatakan selama sakit dan di wisma tidak pernah bekerja/berkebun lagi.
-        Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi sumber pendapatan.
DO:
-        Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang lain.
-        Status fungsional (katz indeks AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi.
-        Klien tidak memiliki sumber pendapatan.
DS:
-        Klien mengatakan pagi ini belum mandi.
-        Klien mengatakan kesulitan saat mandi.
DO:
-        Rambut tampak acak-acakan.
-        Penampilan tidak rapih.
-        Tercium bau badan klien.
-        Kuku panjang dan kotor.
Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang bersih.



DS:
DO :
klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita.
klien juga bertanya tentang penyebab dari penyakitnya.





DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan tongkat.
DO :
Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan berjalan.
Kaki klien gemetar saat berdiri.
Nyeri






























Kerusakan imobilitas fisik




















Perubahan peran










Defisit perawatan diri












Kurang pengetahuan











Resiko cedera

C.Diagnosa
1.Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic.
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.

 b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.






c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.





d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.



e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.


f. Berikan masase yang lembut


g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.



h.Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.


i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.



j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) .


k. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.
a.Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.


b.Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri.

c.Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi.


d.Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.


e.Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
f. meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri.

g.Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping.



h. Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

i. Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

j. sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

k.Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut.












2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

NO
INTERVENSI
RASIONAL

a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi.

 b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.



c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan.




d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze





e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.



f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.


g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
 

h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi rodai.

Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.



k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi.

Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan.


Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.


Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.


Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor.


Mencegah fleksi leher.


Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.


Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh.


Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat.

Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut.

3.
Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

NO
INTERVENSI
RASIONAL

a.Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.



b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.


c.Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.



d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.


e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.


f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.


h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.

i. Berikan bantuan positif bila perlu.






j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.


k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.


Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.


Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut.


Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.

Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi.

Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut.

Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.

Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi.

Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.
Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri.


Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan




Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
• Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
• Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
NO
INTERVENSI
RASIONAL

a.Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.


c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.

d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.




e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.

f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.

Mendukung kemandirian  fisik/emosional.


Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.


Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.

Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual.

Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah.





5.Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
• Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
NO
INTERVENSI
RASIONAL

a.Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.

b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

c.Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.

d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.

e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur.




f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.

g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.

h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.

i.Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.

j. Berikan informasi mengenai alat bantu







k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi.

l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.

m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.
Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.




Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks.





Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis.


Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari.





Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi.


Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya.


Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan.




Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.


Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.





Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.



mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.














mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.






6.resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot
NO
INTERVENSI
RASIONAL

a.Berikan obat anti rematik.

b.Anjurkan klien berhati-hati saat berdiri dan berjalan .


c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri saat berdiri atau berjalan.

d.Anjurkan klien menggunakan tongkat atau alat bantu jalan.


e.Jelaskan kepada keluarga klien tentang teknik menolong klien saat timbul nyeri rematik.
a.meminimalkan rasa nyeri.

b.Sikap yang tidak berhati-hati memicu tingkat cedera yang tinggi.

c.


d.meminimalakan tingkat cedera.


e.meringankan tugas perawat sekaligus pertolongan pertama pada klien dalam keadaan mendadak.



D.Evaluasi
·         Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
·         Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
·         Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
·         Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
·         Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
·         Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
·         Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan
·         Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.



BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan kaku sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.

B.Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid atritis serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.








DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Anonim, 2004, Arthritishttp://www.arthritis.org.
http://ilmukeperawatan.wordpress.com






1 komentar: